Segala puji hanya milik Allah semata yang telah menjadikan manusia menjadi berpasang-pasangan. Solawat serta salam selalu tercurah ruah kepada nabi besar kita yakni beliau yang membawa umat manusia dari kehilapan menuju kehidupan yang penuh dengan cahaya, pembawa panji kebenaran sejati sebagai wakil Allah di muka bumi untuk menjalankan hukum-hukumnya, sebagai uswatun hasanah yakni beliau Muhammad Saw.
Pada dasarnya, penyusunan buku ini bertujuan untuk menunjang pengetahuan remaja yang masih miskin pengetahuan (cinta), yang masih mudah terpengaruh dengan angan-angan yang bersifat tipuan. Sebagai bahan referensi penulis melihat kehidupan remaja dalam konteks kekinian.sebagai bahan untuk pemecahan masalahnya penulis banyak mengambil dari buku-buku yang sudah terkenal dan pendapat-pendapat dari para ahli, dalam buku ini ditulis pendapat dari DR. Ramdhan Al-Buthi, Irawati; seorang anggota FLP dan Imam Ibnu Hazm dalam bukunya “Thauq Al-Hamamah” dan A. Andryana, seorang Cendikiawan Muslim Muda dalam bukunya “Find Your Self”sebuah buku yang penting untuk dimilki bagi orang yang ingin tahu siapa dirinya.
Penulis juga tidak tahu banyak mengenai cinta, untuk itu peulis hanya dapat memaparkan pendapat-pendapat yang sudah desebutkan oleh para ahli dalam bidangnya. Dalam penuh semangat akhirnya penulis dapat merancang buku ini dengan tempo tiga hari. Semoga uraian dalam buku ini mampu mencerahkan hati dan memicu semangat untuk memulai hidup dan kehidupan masa remaja menjadi penuh hal yang posotif dan bermanfaat. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah Swt. Yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan kepada penulis dalam menyusun buku ini. Penulis juga memerlukan saran dan kritikannya dari pembaca demi mencapai kesempurnaan buku ini.
Bandung, 13 Desember 2007
Penulis
Mat MUN_D
Permulaan CintaDalam pembahasan ini, penulis mencoba menelusuri perjalanan cinta yang banyak di alami siswa tingkat SMP/SMA dan sederajat. Banyak kita jumpai siswa di tingkat ini sedang pesatnya perasaan mereka untuk mencintai dan di cintai lawan jenis. Sudah menjadi fitroh manusia untuk mempunyai perasaan cinta, perasaan yang membuat hatinya berbunga-bunga apabila ditemukan panutan hatinya berada di depan mata. Sering kita alami bila kita bertemu dengan seorang pujaan hati. Hati ini menjadi mengalami suatu yang bergejolak. Entah perasaan itu berasal dari mana. Pokoknya ada pada jiwa seseorang yang mempunyai cinta. Gejolak ini bisa saja terjadi apabila bertemu dengan sang pujaan, secara sadar maupun tidak sadar. Walaupun sering kali kita mengelak untuk menyingkirkannya dalam jiwa ini. Gejolak cinta yang dahsyat pasti bisa dirasakan oleh setiap insan yang baru menemukan cintanya.
Kisah percintaan remaja modern kini tidak jauh dari sifat “malu-malu kucing”. Awalnya seseorang baru saja mengalami masa fubernya merasa malu untuk mengungkapkan rasa cinta yang dimilikinya. Mungkin dorongan dari teman-temannya rasa cinta yang di pendamnya akhirnya tersampaikan juga. Hal ini biasanya sering di sebut oleh remaja sekarang sebagai “Mak Djomlang”. Sebutan itu ditujukan kepada orang yang menyampaikan cinta temannya kepada orang yang di cintai temannya dengan perantara dia. Memang kalau kita pikirkan apa untungnya menjadi seorang yang seperti itu. Dengan dalih setia kawan, ataupun ingin ikut membahagiakan teman, mereka suka rela untuk menjadi seperti itu.
Apa yang akan dilakukan apabila hal-hal tersebut terjadi pada diri kita. Sesuatu yang baru dan sebelumnya belum pernah kita alami. Kita lihat peristiwa ini pada orang yang baru merasakan rasa cintanya. Sesuatu yang dirasakan amat menggoncangkan jiwa sampai tubuh ini terasa bergetar. Sungguh gejolak cinta yang dahsyat. Perasaan cinta yang sungguh sulit untuk di pahami. “Mengapa hati ini terasa bergetar, jikalau bertemu dengan dia?”. Kita ketahui pasti kata-kata seperti itu muncul dari seseorang yang baru dihinggapi virus cinta.
Menjadi suatu kewajaran seorang yang mengalami hal tersebut. Di masa muda yang penuh dengan hal-hal penasaran dan serba ingin tahu. Disinilah terjadi tanda-tanda kedewasaan seorang manusia. Dulunya berpakaian kucel kini menjadi seorang tampil rapi, rambut yang dulunya acak-acakan kini sudah mulai memakai minyak rambut, sampai pada perubahan fisik. Misalkan, suara menjadi terasa lebih besar. Masa-masa fuber inilah yang banyak dialami oleh anak muda untuk menjadikan masa mudanya dengan penuh cinta.
Cinta yang mereka raih hanyalah cinta yang berasal dari hawa nafsu. Kecintaan kepada seorang yang di dambakannya tidak lebih dari sekedar hasil pemikiran yang tidak menentu tujuannya. Cinta yang dianggapnya sebuah permainan, mereka jadikan suatu yang dapat membahagiakan hati yang pupus. Tujuan yang bukan merupakan pemikiran syari’at. Hanyalah yang ada cuma pikiran sepintas untuk mambahagiakan hati dan jiwa yang sedang kosong.
Cinta bisa saja ada pada jiwa setiap individu. Namun rasa cinta yang mana, yang mesti kita ungkapkan. Di lihat dari kontek sekarang ini banyak cinta bagaikan seekor kupu-kupu yang sedang mencari makan, hinggap dibunga ini kemudian hinggap di bunga lainnya. Apabila bunga yang di hinggapinya sudah tidak layak untuk di konsumsi maka kupu-kupu itu pergi ke bunga yang lain yang masih segar. Begitu pula cinta anak muda yang menganggapnya sebuah permainan.
Secara tidak langsung mereka sudah menjadikan cintanya sebagai barang dagangan. Rasa cinta yang sesaat yang membuat anak muda kini bisa berganti ganti pasangan ataupun ada mereka yang selingkuh. Sungguh fenomena yang menarik perhatian.
Didalam kelakuan cinta kini ada yang menyebutkan cinta pertama. Mereka memaknai bahwa cinta pertama merupakan rasa cinta yang takkan pernah terlupakan. Di cinta pertama inilah mereka menemukan gejolak cinta yang begitu dahsyatnya.
Kalau saja kita mencoba berfikir untuk dapat memaknai arti cinta pertama. Kita coba artikan ”Cinta Pertama” dari segi bahasa. Kata ”Pertama” menunjukan sesuatu yang awal merupakan sinonim dari kata ”Kesatu” yang asal kata dari ”Satu”. Kata ”Satu” di dalam kamus bahsa Indonesia jumlah. Secara kenyataan kalau yang pertama pasti ada kedua, ketiga dan seterusnya. Dapat kita simpulkan secara tidak langsung makna dari kata ”Cinta Pertama” dapat menjadikan bagi orang yang mengatakannya subuah orientasi untuk menjadikan cinta dapat digantikan dengan cinta yang lain. Secara jelas apabila ada cinta pertama berarti ada cinta kedua, ketiga dan seterusnya. Pada dasarnya adalah berganti-ganti pasangan.
Cinta sebenarnya bukan merupakan hal yang awal dan yang akhir. Senantiasa cinta akan selalu hadir dalam jiwa setiap insan. Karna cinta merupakan pemberian tuhan yang mengisi hidup dan kehidupan manusia. Dimana cinta yang berperan penting yang menjaga kerukunan setiap warga masyarakat. Rasa cinta inilah yang dapat menjadikan kita dapat saling menghargai satu sama lain. Orang yang kecil tidak merasa dikucilkan dan orang besar tidak merasa disombongkan. Kita sadar bahwa hidup ini bukan merupakan hal yang sia-sia. Maka daripada itu kita harus menjadikan rasa cinta yang kita miliki sebagai suatu yang mulia. Janganlah kita jadikan rasa cinta ini kita salurkan dengan salah kaprah. Dengan dalih cinta, kadang-kadang pacaran jadi melegalkan yang tidak di perbolehkan sebelum menikah.
Cinta SejatiSebagai seorang insan yang telah di anugrahkan cinta oleh sang kholiq. Mungkin kita bertanya ; ”Untuk apa sebenarnya cinta ini?”. Kita bahas persoalan ini dengan meneropong kedalam dunia remaja saat ini. ”Apa yang telah kita lakukan untuk cinta?”.
Islam merupakan jembatan untuk mencapai syurganya Allah dimana didalamnya terdapat semua kebutuhan manusia. Islam memandang cinta merupakan suatu yang mulia dan bukan barang yang rendah yang bisa dipergunakan seenaknya.
Kadang kita terbuai dengan rasa cinta yang dimiliki sehingga kita melupakan kewajiban yang seharusnya di pelihara dengan apik tapi malah di pergunakannya dengan pemikiran yang sesaat yang hanya datang dari nafsu belaka.
Jadikanlah rasa cinta ini untuk hal yang berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Jangan hanya mengumbar hawa nafsu belaka yang dapat membawa kita kedalam jurang kehinaan.
Kata-kata yang menyentuh hati bagi orang beriman, mudah-mudahan dapat mambawa kita menuju kebenaran yang sejati. Cinta sejati merupakan nikmat pemberian Allah yang akan terus terasa sampai akhir hayat.
Pengertian cinta dapat juga disebut ”Fitroh Manusia”, namun cinta sejati seharusnya dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt. Jadi cinta pastilah ada pada setiap insan yang merasakannya. Namun metode yang bagaimana untuk menjadikan cinta yang dimiliki dapat menyelamatkannya. Sudah banyak orang yang menggunakan cintanya secara sia-sia. Mereka itulah yang berfikir singkat mengenai cinta. Mereka memaknai cinta dalam arti yang sempit saja, yakni untuk mencintai dan di cintai lawan jenis. Benar inilah pengertian cinta?”.
Adapun pengertian cinta sejati menurut pandangan mereka ; ikatan tali kasih sampai ajal menjemput. Menjalani kisah cinta berdua seperti halnya Romeo dan Juliet. Orientasi duniawi telah melupakan terhadap siapa yang memberikan rasa cintanya sampai mereka terlena dalam kenikmatan dunia.
Mereka berusaha mencari cinta sejati, namun jalan yang diambil sangatlah keliru. Mereka akan lebih dekat kepada Allah dengan cara menjalin tali kasih dengan orang pilihannya. Dengan dalih ; ”Justru semenjak menjalin hubungan menjadi merasa lebih dekat?”. Kita garis bawahi kata dekat ini, maksudnya yaitu menjadi rajin beribadah kepada Allah. Cara ini yang sering terdengar dikalangan kawula muda untuk menutupi jalinan tali kasihnya. ”Cinta sejati yang seharusnya dapat mendekatkan diri kepada Allah”. Seakan-akan mereka mendefinisikan ; jalinan kasih yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Hal inilah yang menjadi kekeliruan mereka, seharusnya ; mandekatkan diri kepada Allah dengan jalinan tali kasih yang berarti mencari ridho Allah dengan menjalin ikatan pernikahan. Karna pernikahan merupakan satu-satunya sarana yang diridhoi Allah untuk menyalurkan rasa cinta.
Cinta sejati yang dapat mendekatkan diri kepada Allah harus dibarengi dengan rasa tunduk dan patuh terhadap apa yang telah Allah turunkan. Khususnya mengenai cinta Allah telah mengaturnya. Kita dapat menyalurkan cinta yang dimiliki dalam rangka beribadah kepada Allah. Cinta yang kita salurkan benar-benar tulus karena Allah dan bukan berarti kita akan lebih dekat dengan Allah karena yang kita cintai.
Kita diberikan cinta oleh Allah. Maka cinta yang kita miliki mesti ada tolak baliknya terhadap Allah. Sesungguhnya manusia itu amat beruntung. Kita jual beli dengan Allah tanpa harus mengeluarkan modal sendiri. Kita sudah diberi modal oleh Allah Swt berupa potensi yang dapat kita rasakan setiap hari. Potensi dasar manusia yakni ; mata, hati dan pendengaran. Dengan modal inilah kita mampu menjual apa yang telah Allah perintahkan terhadap kita. Amal apakah yang kiranya laku untuk dibeli dihadapan Allah yang telah di lakukan oleh potensi kita.
Sebagai mana Firman Allah Swt ;
111. Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar. (QS. 9:111)Kita di anugerahkan cinta oleh Allah Swt untuk dipergunakan sesuai dengan kehendak Allah tentunya. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, cinta merupakan fitroh manusia, namun cinta sejati seharusnya menuntun manusia untuk lebih dekat kepada Allah Swt.
Bukanlah cinta yang dapat menjurumuskan kita. Sering kali seseorang dengan dalih cinta untuk melegalkan sesuatu yang di haramkan. Tetapi yang paling banyak terjadi di kalangan pelajar adalah pacaran. Padahal didalam sejarah islam tidak ada yang namanya pacaran. Sungguh menarik perhatian seorang yang mengaku muslim tapi syari’at ini banyak di lalaikan.
Islam merupakan agama yang sempurna, yang menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya dengan petunjuk Al-Qur’an. Kita yakin tidak ada lagi kebenaran yang datang setelah Al-Qur’an. Maka apabila mendengar kebenaran dari Al-Qur’an janganlah ragu untuk menerimanya.
Untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cinta banyak yang dapat kita lakukan. Tapi mampukah kita untuk menghadapi berbagai macam rintangan yang datang bertubi-tubi ; seperti bacaan yang kita baca dan tontonan yang kita lihat, yang semua itu selalu mengumbar syahwat dan menyebabkan berbagai fitnah.
Masa remaja adalah masa yang sangat mudah ditipu dengan perasaan palsu. Mempunyai kecenderungan terhadap lawan jenis itu sudah menjadi suatu kewajaran. Mungkin pada saat ini merupakan ujian. Karna itu kita mesti sabar sampai nanti pada saatnya kita dipertemukan.
Allah berfirman :
30. Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. 24:30)Remaja yang masih miskin pengetahuan (cinta) akan mudah terpengaruh dengan angan-angan yang bersifat tipuan. Dihati terasa indah jikalau orang yang dipuja selalu menyertai, hidup selalu berdua seakan-akan dunia hanya milik berdua.
Kecenderungan terhadap lawan jenis biasa dirasakan dengan hati berbunga. Perasaan inilah yang dapat menipu, dengan hati yang tertarik, ingin rasanya orang yang dicintai ada didepan mata. Setiap kali bertemu dengan ornag yang di cintai, mata ini tak lepas dari pandangannya. Dengan hanya memendangnya sudah dapat membuat hati nyaman.
Tipuan apalagi yang dapat di bayangkan dengan angan-angan yang tak tentu arahnya. Semua angan-angan inilah yang dapat menjerumuskan kita kedalm sesuatu yang diharamkan Allah Swt. Hati memang merasa berat tetapi aqidah yang dapat menentukan apa yang harus di lakukan. Hawa nafsu sebagai musuh utama menyarankan supaya kita jangan lepas dari pandangannya. Sebab kita sudah mempunyai keyakinan bahwa itu dilarang maka kita akan menunduk.
Kita mesti yakin bahwa kita memang orang yang bersungguh-sungguh beraqidah islam. Untuk itu kita lawan hawa nafsu ini dengan aqidah kita yang menjungjung tinggi hukum dan undang-undang Allah Swt.
Islam sudah mengatur dengan sempurna hidup dan kehidupan manusia. Salah satunya yaitu bagaimana cara kita untuk menyalurkan cinta terhadap lawan jenis. Jangan sekali-kali kita menyalurkan cinta yang dimiliki apabila belum waktunya. Aturan islam yang mengatur tentang tercintaan bisa dilaksanakan dengan jalan pernikahan.
Makna CintaCinta, satu kata apa maknanya? Dari mulai umat terdahulu sampai sekarang pengertian cinta tak habis-habisnya untuk di bahas. Cinta dari seorang yang baru merasakannya sampai kepada masa yang lebih tua sekalipun. Setiap masa dalam kisah cinta pasti mempunyai arti yang berbeda-beda. Cara menyalurkan cintanyapun beragam, dari masa remaja yang baru mengenal cinta dengan sikap pemalu sampai kepada taraf melamar. Sebenarnya cinta yang mana yang mereka akan hendaknya memaknai?
Didalam sebuah buku yang berjudul ”Hari Merah Jambu” karya Irawati. Beliau seorang anggota FLP (Forum Lingkar Pena). Tertulus dalam bukunya bahwa cinta adalah fitroh manusia, namun cinta sejati seharusnya menuntun manusia untuk lebih dekat kepada Allah Swt.
Cinta yang sudah menjadi fitroh manusia sudah menjadi kehendak Allah Swt. Allah memberikan cinta kepada hambanya supaya dapat menjalin ukhuwah islamiyah. Saling mengasihi, menolong dan menasehati dalam hal yang baik adalah wujud rasa cinta terhadap sesama makhluk. Semoga hal yang kita lakukan dengan menggunakan cinta ini syari’at yang semestinya. Sehingga dengan itu kita dapat lebih mendekatkan diri dengan Allah Swt.
Cinta adalah kondisi yang terjadi di luar kehendak kita. Ia bisa terjadi pada seseorang melalui pendengaran, penglihatan dan lain sebagainya. Menurut DR. Ramdhan Al-Bhuti, perasaan cinta tidak masuk dalam ruang lingkup hukum atau larangan agama yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf.
Cinta melalui pendengaran bisa saja terjadi pada seseorang dengan cara perkenalan melalui telephone. Akibat gaya bahasanya yang menarik bisa saja seseorang menjadi penasaran untuk ingin bertatap muka langsung hingga pada akhirnya merreka janjian untuk ketemuan. Dan disitulah terjadi transaksi langsung yang mereka menjadi berhubungan dalam ikatan cinta.
Cinta melalui penglihatan sudah tidak asing lagi, hampir setiap orang memahaminya. Seorang yang mencintai, lebih cenderung kepada penampilan yang di cintainya. Kalau orang biasa mengatakan ; ”dari mata turun ke hati”. Perkataan yang sering dikatakan oleh remaja sekarang. Dilihatnya seorang wanita cantik, langsung hati merasa tertarik. Kondisi ini mungkin pernah di alami oleh semua para remaja karna ini merupakan hal yang wajar.
Perlu di koreksi semua kebiasaan dan kewajaran yang selama ini kita alami, tak selamanya semua itu sesuai dengan syari’at. Bisa saja itu semua malah membuat kita menjadi semakin terbuai dalam rayuan iblisyang menyesatkan. Tapi semua itu kita rasakan tanpa beban dan terasa nikmat. ”Jangan membenarkan kebiasaan, tapi biasakanlah kebenaran”. Iblis membujuka rayu manusia kedalam nikmat yang sesaat. Hanya iming-iming kenikmatan semata, yang sebenarnya dapat menjauhkan kita dari Allah Swt. Dengan meninggalkan sebagian syari’atnya.
Bagi seorang muslim yang sejati, ungkapan; ”Dari mata turun ke hati. Merupakan perkataan yang keliru”.Memang itu merupakan fitroh, tapi kita jangan sepintas untuk memaknainya. Seharusnya ; ”Dari mata naik ke otak dan di tetapkan oleh hati”. Pasalnya pandangan yang kita lakukan harus kita bandingkan terlebih dahulu dengan ketentuan syari’at. Sebaiknya kita berfikir terlebih dahulu, apakah ini di perbolehkan atau tidak? Dengan ini insyaAllah kita tidak akan terbuai dalam rayuan iblis. Sebagai batasannya kita jadikan Al-Qur”an sebagi barometer.
Imam Ibnu Hazm dalam bukunya ; ”Thauq A-Hamamah, cinta adalah kecenderungan hati seseorang terhadap wanita (lawan jenis). Dimasa fubertas kejadian ini bisa terjadi dengan sendirinya. Berkaitan dengan ungkapan DR Ramdhan Al-Buthi, cinta yang terjadi di luar kehendak kita. Meskipuna perasaan kecenderungan terhadap wanita terus manghampiri kita, tetapi jangan dijadikan alasan untuk kita menyalurkan hubungan yang tergesa-gesa sambil memberi jandi serta mempertahankan mimpi dan khayal.
Ada cerita dari seorang mahasiswi yang telah mengalami kegagalan cinta pertama. Di mulai mengalami gejolak cintanya pada waktu pertama kali kuliah. Ketertarikannya dia kepada seorang laki-laki membuat hati jadi tidak tenang. Di waktu melamun dia selalu memikirkan orang yang di cintainya. Jikalau bertemu selalu memandangnya dengan penuh harapan. Padahal laki-laki yang dicintai tidak tahu bahwa perempuan itu mencintainya.
Berbulan bulan telah berlalu, perasaan wanita itu tak ubahnya begitu. Terlalu sering bertemu, kemudian bercakap-cakap, hingga pada akhirnya mereka mempunyai ikatan cinta. Pada waktu rasa cintanya yang sudah lama terpendam dan kini dapat terungkap pada sasaran yang tepat, hatinya begitu bahagia sampai mengeluarkan air mata. Hubungan mereka dijalaninya dengan keadaan hati yang begitu berbunga-bunga. Sekian lama kisah mereka jalani, kemudian wanita itu memperkenalkannya kepada kedua orang tuanya. Sayang, orang tuanya tidak menyetujuai hubungan mereka. Hatinya menjadi merasa tertekan, jiwa yang tenang menjadi tergoncang.
Masyarakat yang ada pada lingkungannya pun tidak mendukung. Kisah asmara gadis berjilbab yang mempunyai wajah manis ini mulai bebalik arah. Semua angan-angan dan harapan tidak sesuai lagi dengan yang di inginkan. Semua kejadian pahit yang ada di lingkungannya diceritakan kepada sang pujaan hatinya. Dia seorang pria yang arif memahami keadaan kekasihnya.
Dengan nada merayu pria itu berkata ; ”jangan bersedih kekasihku aku akn selalu ada di sampingmu”. Dengan begitu dia akan selalu setia padanya bahkan akan melamarnya. Hati gadis yang malang kini mulai terhibur kembali dengan cara sembunyi-sembunyi, mereka mempertahankan hubungannya. Sampai tiba waktunya mereka lulus dan menjadi sarjana.
Pria yang di cintainya ternyata pergi keluar negeri untuk melanjutkan belajarnya tanpa sepengetahuan sang kekasih. Jelas hati gadis itu terasa sangat terpukul. Air matanya berlinang membahasi pipi. Hampir setiap hari dia mengurung diri di kamar sambil menangis. Sepintas kejadiannya masa lalu ada dalam pikirannya. Tapi sekarang hanya tinggal kenangan semata.
Sungguh diluar dugaan, kejadian yang menimpa dia sulit diterima sebagai kehendak Allah Swt. Gadis itu menjadi stres dan frustasi. Hati yang amat terpukul merasa tidak rela dengan kejadian yang menimpanya. Pikiran yang aneh-eneh mulai hinggap di otaknya. Utung dia tersentuh oleh cahaya agama. Dengan keimanannya dia bentengi fikiran-fikiran yang menyesatkan.
Apakah ini cinta ?
Hubungan yang dulu di jalin dengan penuh rasa cinta kini hanya tinggal kenangan semata. Dengan hubungan yang tergesa-gesa sambil memberi janji serta mempertahankan mimpi dan khayal. Seorang pria yang dulu telah berjanji dengan penuh kepastian kini meninggalkannya. Perasaan ini membuat gadis malang itu seakan-akan tidak mempercayai seorang lelaki lagi. Yang ada dalam fikirannya hanyalah ; ”menganggap bahwa semua lelaki semua sama”. Sikap yang belum bisa menerima kenyataan adalah wajar, karna karna masih diliputi rasa was-was dan ketakutan. Pikiran-pikiran negatif yang singgah diotaknya akan selalu ada selama masih diliputi rasa was-was dan ketakutan. Bersyukur, ternyata Allah masih memberi jalan bagi gadis itu. Ia tidak terjerumus berlarut-larut dalam kesedihan.
Kenangan pahit yang menimpanya mulai dilupakan dengan mengisi waktu luangnya untuk kegiatan yang berguna. Di mulai dari senam kesegaran jasmani, membaca buku dan lain sebagainya. Setiap seusai shalat wajib dia tak pernah telat untuk membaca Al-Qur’an.
Pekiran romantis yang menganggap dia adalah segalanya merupakan pemikiran yang berlebihan dan mungkin akan juga berbahaya. Begitu juga yang terjadi pada seorang gadis yang sudah tersentuh virus cinta semua janji serta mempertahankan mimpi dan khayal menjadi kebiasaan seseorang yang mulai jatuh cinta. Padahal semua itu hanyalah pikiran yang berlebih-lebihan yang akan menjerumuskan kedalam tipu daya syetan.
Seorang muslim yang benar-benar berpegang teguh kepada aqidan islam dengan sungguh-sengguh serta di barengi hati yang ikhlas, tidak akan mudah tertipu dengan bujukan hawa nafsu. Walaupun nafsu ini berkata ; ”pandanglah” tapi aqidah berkata lain ; maka seorang yang mempunyai aqidah , kita harus mengikuti akidah yang kita miliki ; ”tundukkanlah”,.... dan kemudian kita menunduk.
Perasaan CintaPembahasaan kali ini, kita coba aplikasikan kepada seorang muslim yang sebenar-benarnya muslim. Bagaimana jika seorang muslim jatuh cinta? Apakah ini termasuk kedalam dosa? Mungkin pertanyaan ini sedikit memutarkan fikiran. Seorang muslim yang sudah mengetahui bahwa pacaran itu dilarang ! tapi dia sendiri mengalami jatuh cinta. Tentunya perasaan cinta terhadap lawan jenis.
Bagaimana kita menemukan jalan lurus untuk menemukan kebenaran yang harus kita pegang. Disisni terjadi pertempuran antara hawa nafsu dan aqidah. Tapi sebenarnya tidak begitu. Sudah menjadi kewajaran bagi tiap-tiap insan mempunyai kecenderungan terhadap lawan jenis.
Apakah perasaan ini termasuk kepada ruang lingkup hukum atau larangan dalam agama? Tentunya tidak. Seperti sudah di bahas sebelumnya ; menurut DR Ramdhan Al-Bhuti ”bahwa perasaan cinta terjadi diluar kehendak kita. Jadi tidak berdosa bagi seorang insan mengalami perasaan cinta karna ini adalah fitroh manusia. Sebagai mana yang di terangkan oleh Rosululloh :
”sesungguhnya Allah mengampuni apa-apa yang terdetik dalam hati umatku, selama mereka tidak bicara atau melakukannya”. (HR. Muslim)Teranglah sekarang fikiran kita mengenai hal yang selama ini membingungkan. Selama perasaan cinta tidak di ungkapkan apalagi dilakukannya tidak akan berdosa bagi seorang muslim yang mengalami jatuh cinta. Allah telah mengampuni apa-apa yang ada dalam hati kita, khususnya kecenderungan terhadap lawan jenis.
Adapun nanti perasaan cinta seorang muslim dapat mereka bicarakan dan melakukannya dengan jalan pernikahan. Pernikahan adalah sarana yang halal dalam menyalurkan rasa cinta. Bagi seorang muslim yang cukup umur jangan terlalu difikirkan mengenai pernikahan, nanti juga apabila sudah ada amanahnya akan mengalminya.
Satu hal lagi yang jadi persoalan ; ”Bagaimana kalau kita mengingkari rasa cinta yang kita miliki?” . Bisa saja ini terjadi pada orang yang awam, dengan alasan untuk menjaga pandangan dan hawa nafsu, dia menjadi benci terhadap perasaannya sendiri. Bahkan mungkin, bisa saja dia menjadi membenci terhadap wanita.
”Apa yang harus di lakukan?”. Allah memberikan aturan kepada hambanya tidak mungkin yang dapat menyiksa diri hambanya. Hal tersebut tentunya merupakan hal yang berlebihan dan menyiksa diri sendiri yang telah mengingkari anugrah Allah Swt.
”Cinta itu anugrah, jangan mengingkarinya”. Mungkin ungkapan ini yang dapat menjadikan rujukan untuk menghilangkan kekeliruan dalam hati kita. Cinta itu datang di luar kehendak kita, jadi sulit bahkan tidak mungkin untuk menghilangkannya karna bukan keinginan kita. Sekarang yang dapat kita lakukan janganlah membuat bingung apabila kita dihinggapi perasaan cinta. Biarkanlah rasa cinta hinggap di hati kita namun kata rosul ”tidak berbicara atau melakukannya”. Dengan ini maka kita terhindar dari dosa (pandangan khususnya).
Sikap kontra terhadap perasaan diri sendiri adalah wajar karna sesua dengan terhadap fitroh, jangan menimbulkan berdosa yang membuat pelakunya tertekan. Jelaslah sekarang pada kita kebenaran yang mana harus kita pilih, antara keinginan hawa nafsu atau aqidah islam. Perasaan dan sikap yang selama ini kita lakukan dapat mencerminkan dengan aqidah yang dulu telah di perjuangkan oleh orang-ornag suci.
Islam mengatur perundangan kepada seseorang yang sedang jatuh cinta, untuk tidak menyalurkan cintanya hingga pada saatnya. Dimana kita bertemu lawan jenis dan merasa kecenderungan terhadapnya adalah suatu hal yang wajar, jangan kita mengingkarinya. Perasaan cinta yang tidak bisa dihindarkan jangan kita bersikap kontra terhadap diri sendiri yang dapat menimbulkan perasaan berdosa dan merasa tertekan. Selama kita tidak bicara dan melakukannya Allah akan mengampuni kita karna perasaan ini bukan kehendak kita ; ”Dicari tak ketemu, dan di tunggu tak menjadi datang”.
Banyak cinta yang dimaknai oleh remaja sekarang sebenarnya adalah cinta yang di perankan oleh orang –orang barat. Banyak kawula muda yang bingung dalam memilih antara budaya dan peradaban islam, atau memilih budaya dan peradaban barat, menakah yang harus mereka pilih?
Jika memilih islam, apa yang harus ia lakukan dalam menghadapi dalam berbagi macam godaan yang datang bertubi-tubi ; seperti bacaan yang ia baca dan tontonan yang ia lihat, yang semua itu selalu mengumbar syahwat dan menyebabkan berbagi fitnah. Untuk mencapai kepada puncak kebenaran yang sejati di butuhkan pengorbanan yang besar ; seperti meninggalkan orang yang kita cintai. Menuju kebenaran itu bagaikan kita mendaki gunung dengan puncak yang begitu tinggi dan dipenuhi hutan belantarayang didalamnya terdapat binatang-binatang buas yang siap menerkam mangsanya yang lengah.
Hutan belantara yakni kehidupan yang ada di lingkungan kita dengan di penuhi kejahiliahan manusia. Dimana manusia-manusia bagaikan binatang buas, yang lemah di tindas oleh yang lebih kuat, yang miskin semakin miskin dan yang kaya semakin kaya. Berlakunya hukum rimba dalam kehidupan ini membuat para penguasa semakin berkuasa. Secara tidak langsung, kita sebagai seorang rakyat sebenarnya telah di sembelih oleh para penguasa yang dzolim. Dengan mengatasnamakan rakyat, mereka dapat harta yang melimpah.
Hari Merah Jambu Sebuah ungkapan yang sering di peringati sebagai simbol dari kasih sayang. Sebagai pacar yang mengerti selalu memberikan barang yang berupa coklat kepada pacarnya. Menurut dia itu merupakan simbol sebagai bukti dari rasa cintanya kepada sang pacar. Kebahagian tersendiri coklat yang dia terima khusus pemberian dari sang pacar. Valentine Day bertepatan pada tanggal 14 Februari adalah hari keramat bagi budaya barat untuk membuktikan rasa cintanya.
Colat adalah simbol dari hari merah jambu, mengapa harus coklat? Pertanyaan cukup menarik. Di barat sana hari keramat ini merupakan waktu yang tepat untuk di jadikan hari yang khusus untuk sang pacar. Coklat sebagai simbol tak lepas dibawanya pada hari ini untuk diberikan kepada sang pacar. Hari yang penuh kasih sayang katanya.
Coklat yang menjadi simbol merupakan peluang bisnis bagi seorang bussinesman. Budaya pemberian coklat ini terus di kembangkan oleh satu pihak demi kelancaran bisnisnya. Dengan cara mendirikan pabrik-pabrik coklat, mereka selalu meraih keuntung yang sangat besar khususnya pada hari keramatnya.
Sungguh tidak di sangka sebelumnya, bahwa di balik itu semua ada permainan politiknya. Dengan mengembangkan budaya Valentine ternyata mereka ingin terus lancar bisnis coklatnya. Sekarang kita tahu salah satu alasan mengapa coklat yang harus di jadikan sebagai simbol. Budaya barat ini kemudian terus berkembang ke seluruh negri. Sampai kepada seorang yang mengaku dirinya Islampun terkena tipu dayanya.
Budaya barat sering ditiru orang islam tanpa harus tahu sejarahnya. Diketahui banyak orang Islam yang terpengaruh oleh budaya Valentine ini. Dengan tanpa fikir panjang mereka tertarik melihat kebanyakan orang memeriahkan budaya itu.
Ada orang yang mengerjakan suatu dalil dan ada pula yang mendalili suatu pekerjaan. Kedua makna tersebut apabila diartikan sangat bertolak belakang. Mendalili suatu pekerjaan pekrjaan merupakan hal yang mudah. Tetapi menjalankan suatu dalil sangatlah sulit. Coba fikirkan ada seseorang yang mempertahankan suatu pekerjaannya dengan berbagai macam dalil. Tetapi semua itu ia kerjakan semata untuk menguntungkan dirinya sendiri. Apabila dia mendengarkan suatu dalil yang tidak sesuai dengan keinginannya meka ia tolak. Orang macam inilah yang di sebut dengan orang ”Fasiq”. Mereka hanya menjalan dalil apabila itu sesuai dengan selera mereka, apabila tidak sesuai mereka tolak.
Gambaran seperti itu dapat diterapkan kepada seseorang yang memeriahkan hari Valentine dengan dalih hanya memberi sedekah ataupun kepada seseorang yang pacaran dengan dalih Ta’arruf (perkenalan). Mereka mempertahankan itu semua dengan sebuah dalil dari Al-Kitab. Mengapa mereka menjalankan dalil hanya sebatas itu saja? Buktinya banyak dalil-dalil yang mereka tinggalkan disebabkan karena tidak sesuai dengan mereka. Sedang kan dalam menjalankan perintah Allah haruslah menyeluruh, tidak boleh varsial (sebagian-sebagian). Orang-orang fasiq telah Allah tetapkan mereka sebagai penghuni neraka.
Menarik perhatian juga yang cukup menggelitik. Budaya Valentine ini sebenarnya kebiasaan ornag nasrani tapi mengapa harus ditiru bagi seorang muslim. Kalau kita ketahui bahwa Valentine adalah sebuah nama pendeta yang mati karena sering kali menikahkan pasangan-pasangan muda secara rahasia. Sampai peristiwa itu terdengar oleh sang kaisar. Kelakuan Saint Valentine kemudian di tentang oleh kaisar Claudius. Oleh sebab itulah Paus Gelasius menetapkan tanggal 14 Februari sebagai peringatan cinta kasih untuk menghormati Saint Valentine. Budaya inikah yang sering di tiru oleh seorang islam?
Muslim yang budiman. Janganlah kita biarkan budaya dan peradaban yang selama ini telah diperjuangkan oleh Rosululloh dan para sahabatnya kita kotori dengan budaya barat yang tidak tentu arahnya.
Cinta = Pacaran Benarkah?
Problem yang menjadi pertentangan. Pembahasan ini pasti menimbulkan pro-kontra. Satu kelompok erasa benar begitu juga kelompok lainnya. Tetapi tetap kebenaran hanyalah satu yakni milik Allah Swt.
Sebagaimana firman Allah Swt ;
147. kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu Termasuk orang-orang yang ragu. (QS. 2:147)Bagi siapa saja yang merasa tersinggung jangan menjadi sakit hati. Justru ini adalah ajang untuk memperluas wawasan kita mengenai cinta. Banyak kawula muda yang masih miskin pengetahuan (cinta) terpengaruh dengan angan-angan yang bersifat tipuan. Untuk itu dengan menambah wawasan mengenai cinta, kita sudah dapat membentengi angan-angan yang dapat menipu kita.
Seorang insan yang sedang pacaran pasti hatinya dipenuhi perasaan cinta. Cinta mereka yakni kecenderungan terhadap lawan jenis. Sebelumnya saya mohon maaf jikalau bahasan ini terlalu radikal. Tetapi itu semua pasti ada batasannya, kita sekarang sepakati batasannya yaitu Al-Qur’an.
Pacaran adalah cinta yang di salurkan dengan salah kaprah. Dengan dalih cinta, kadang-kadang pacaran jadi melegalkan yang tidak diperbolehkan sebelum menikah. Berkaitan dengan Islam, jangan anggap bahwa semua ini adalah kejam. Tidak begitu sebenarnya, Islam sangat menghargai perasaan cinta. Bahkan menjunjung tinggi cinta, dengan tidak menganggap bahwa cinta itu adalah hal yang rendah.
Semua yang diturunkan kepada manusia tentunya Allah menyertainya dengan aturannya. Mengenai cinta ini Allah membuat aturannya yaitu dengan jalan pernikahan. Pernikahan adalah sarana yang halal dalam rangka menyalurkan perasaan cinta.
Pacaran merupakan langkah awal untuk melakukan hubungan di luar nikah. Oleh sebab itulah didalam islam tidak di contohkan mengenai pacaran.
Sebagaimana firman Allah ;
32. dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. (QS. 17:32)Didalam ayat ini Allah mengimbau kepada manusia untuk tidak mendekati zina. Kita ketahui, untuk mendekatinya saja dilarang apalagi untuk berbuatnya. Kekhwatiran inilah yang sering terjadi dimasa remaja yang sudah mulai berani pacaran. Sulit di ingkari rasa khawatir ini terjadi di lingkungan kita. Di Bandung saja, sesuai dengan data dan fakta team pananggulangan penyakit AIDS, hampir 30% (tiga puluh persen) pelajar setingkat SMP sampai SMA sudah hilang keperawanannya. Semua itu hampir semua keseluruhannya di sebabkan dari pacaran. Memang awalnya mereka hanya berani untuk bercakap-cakap hingga terus meningkat hingga pada akhirnya mereka kehilangan control. Itulah hebatnya syetan, dengan menggoda dari hal-hal yang terkecil akhirnya menjadi hal yang besar.
Seperti kisah berikut ini :
Di zaman dahulu, ada tiga bersaudara yang hendak pergi beperang. Mereka kebingungan, karena mereka mempunyai seorang adik perempuan yang akan ditinggal pergi. Kepada siapa mereka akan menitipkan adiknya itu, karena kedua orang tua mereka sudah meninggal dunia. Tiga saudara itu kemudian berunding, akan dititipkan kemana adiknya itu. Setelah beberapa lama mereka beritjtihad, akhirnya mereka menemukan jalannya juga. Dari kaka tertua mengeluarkan pendapatnya ; “kita titipkan saja adik kita kepada si Pulan karena dia terkenal orang yang paling soleh di kampong ini dan ia tidur ia pun selalu menghabiskan waktunya di dalam mesjid”. Usul itupun kemudian menjadi hasil akhirnya. Sehari kemudian adiknya di titipkan. Tapi si Pulan tidak lantas menerimanya, ia takut akan terjadi apa-apa pada adik tiga saudara itu. Dengan kata-kata yang indah tiga bersaudara itu membujuk si Pulan untuk dapat menerima amanatnya. Akhirnya si Pulan juga menerimanya. Seminggu kepergian tiga kakanya, si Pulan biasa mengirimkan makanan kepada perempuan yang di amanatinya. Maklum si Pulan taat terhadap agama, ia memperlakukan perumpuan itupun sesuai dengan syari’at. Perempuan itu tinggal di sebelah rumah si Pulan lumayan agak jauh tapi dekat dengan mesjid dimana si pulan menunaikan shalat lima waktu. Pertama si Pulan memberi makan kepada perempuan itu hanya membawa makanan kepada rumahnya kemudian mengetuk pintu, apabila terdengar jawaban si Pulan kemudian menyimpan makanannya di dekat pintu dan langsung pergi. Berhari-hari ia biasa melakukan seperti itu. Suatu saat syetan berbisik ; “jangan hanya seperti itu wahai pulan itu tidak sopan, lain kali lihat dulu wajahnya sebentar kemudian pergi”. Si Pulanpun melakukan apa yang dibisikan syetan. Dilihatnya tipuan itu berhasil syetanpun membisikan kepada hal yang lebih meningkat ; dari sekedar melihat wajahnya, terus mengajaknya bicara, mengajaknya istirahat sebentar di rumah perumpuan hingga pada akhirnya si Pulan di bisik supaya melakukan zina. Tipuan inilah yang kemudian menipu si Pulan terjerumus kepada lubang kehinaan. Dari kutipan cerita tadi, kita dapat menyimpulan ; ternyata syetan mengajak manusia dari hal yang dianggap remeh dulu. Kemudian meningkan kepada hal yang besar. Begitu juga dengan pacaran, memang pacaran merupak hal yang dianggap biasa tapi itu semua dapat menjadi luar biasa. Dimulai dari pandangan kemudin turun kehati lalu diungkapkan melalui mulut hingga pada akhirnya pada perbuatan zina.
Jangan jadikan rasa cinta yang kita miliki sebagai hal yang rendah, cinta yang diberikan secara murah. Sungguh cinta dalam pandangan Islam adalag hal yang tinggi derajatnya. Maka peliharalah rasa cinta yang suci ini untuk menjadikan kita lebih dekat kepada Allah dengan selalu taat terhadap perintahnya. Rasa cinta yang dapat menyelamatkan kita di dunia dan akherat. Janganlah rasa cinta kepada mekhluk melebihi rasa cintanya kepada sang kholik.
Pilih Lelaki shalih”SESUNGGUHNYA telah kami tulis di dalam Zabur (kitab-kitab yang kami turunkan) sudah tercantum (pada Lauhul Mahfudz) bahwasanya, bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hambaku yang shalih”. (Qs. Al-Anbiya, 21:105)Dimikianlah, hamba-hamba Allah yang shalih, baik lelaki maupun peremuan, telah di iktiraf (di umumkan) akan menjadi ahli waris terhadap bumi dengan segala perlengkapannya. Begitu titah ilahi yang tiada keraguan padanya. Namun kenapakah pada hari ini, di zaman yang di katakan sebagai kemajuan, justeru oarang-orang kafir, dzalim, munafiq dan fasiq yang memegang teraju pentadbiran di muka bumi. Itu sudah jelas, artinya mereka telah merampas hak waris dari orang-orang shalih.
Ke mana perginya orang-orang shalih itu, sehingga membiarkan harta warisannya dirampas orang? Mungkinkah mereka sedang bermesraan dengan dunia, sehingga mereka lalai dan keshalihan mereka berangsur-angsur jatuh tergelincir, jatuh tercicir dan diganti dengan gelaran orang-orang ghafil (lalai)?
Orang-orang yang asyik berdzikir, menghitung biji tasbeh yang beribu-ribu setiap hari, sehingga ia lupa dengan tugas-tugas kehidupannya secara menyeluruh, pendidikan dan nafkah dengan cara islam, terhadap anak istri terabaikan, dan ia memandang sendiri dunia ini sebagai tempat penyiksaan terhadap muslim, sehingga ia ingin segera menuju ke akherat, ia tidak mau menyusun program untuk menata dunia ini dengan islam, sebab ia merasa sudah menjadi calon ”WALI ALLAH”. Maka ia juga termasuk orang-orang yang lalai, bukan orang-orang yang shalih. Seolah-olah bila seorang sudah mencapai taraf wali, ia sudah tidak perlu bekerja lagi, tinggal menunggu di mihrab masjid ataupun di bilik tidur, makanan dan segala keperluannya akan datang dengan sendirinya, seperti yang di alami oleh maryam, Ibunda Nabi Isa as. Orang-orang seperti ini banyak kita temui pada hari ini, tasbih saja yang selalu bergerak-gerak di tangan, mulut komat-kamit rokok pun digerak-gerakan oleh tangan yang sama, sehingga jari tangan berwarna aneh, hitam kekuning-kuningan kerena setiap saat mengisap peluru berpandu jarak dekat, yang selalu mengeluarkan asap beracun untuk memusnahkan diri sendiri dan orang di sekitarnya.
Baaimana pula dengan orang-orang yang memiliki sorban besar dan jubah panjang, ia suka menjadi hakim, qadi, dan mendapat gaji dari kerajaan yang tidak menjalankan pemerintahkan bersumberkan Al-qur’an dan As-sunah, maknanya ia masih suka dengan kerajaan yang menentang undang-undang Allah. Mungkinkah ini ciri-ciri lelaki shalih? Demi Allah, dalam terminologi islam, tidak ada orang shalih yang seperti itu.
Mari kita mengarahkan pandangan ke kampus-kampus perguruan tinggi dan di lembaga-lembaga ilmiyah, maka kita menemukan sarjana-sarjana muslim profesional, Doktor, Master dan pelbagai gelaran-gelaran akademis. Tetapi bagaimanakah kehidupan pribadi dan keluarganya? Niscaya kita akan terkesima menyaksikan kenyataan yang sungguh kontradiksi dengan keyakinan agamanya. Anak dan istrinya tidak mengamalkan islam dalam hal berpakaian, rizkinya di ambil dari gaji kerajaan yang mempermain-mainkan islam, duitnya di simpan dalam bank-bank yang menghasilkan riba, hari demi hari ia bergelimang dalam dunia ilmiyah, tanpa menyiskan waktu untuk berpikir tentang pelaksanaan syari’ah agamanya. Bagaimana mungkin semua ini bisa terjadi, padahal kita sudah mendengar seorang khalifah islam, Umar bin Khattab, pernah berkata :
”Kami meninggalkan sembilan puluh persen dari yang halal karena khawatir jatuh kepada syubhat atau kepada yang haram”.Bagaimana semua ini bisa terjadi dan menimpa cendekiawan-cendekiawan muslim pada hari ini? Sebab kaidah ilmiyah yang digunakan bukan lagi kaidah Al-Qur’an dan Sunah, tetapi kaidah hawa nafsu yang dibingkai sedemikian rupa oleh perampas-perampas hak waris (bumi) orang-orang shalih. Jangankan yang halal ataupun yang syubhat, harta yang harampun di usahakan untuk dihalalkan. Demikianlah zaman yang dianggap maju. Anda akan di tertawakan orang, jika menolak sistem bank moderen yang berlaku sekarang, sebab amalan riba itu telah menjadi anutan masyarakat muslim. Telah banyak tokoh-tokoh ilmiyah menghalalkan serta melahirkan propaganda, bahwa bank-bank moderen hari ini sama sekali tidak kena mengena dengan riba. Malah tidak ada salah sama sekali jika seorang muslim mendirikan Bank-Bank swasta untuk bekerja sama institusi-institusi riba di seluruh dunia.
Pernyataan ilmiyah dari Umar bin Khattab ra. diatas telah bertolak belakang dengan amalan muslim hari ini. Umar bin Khattab, tidak perlu diragukan lagi, adalah jenis manusia langka yang mencapai derajat ke shalihan paling tinggi, dan beliau telah menjadi pemimpin dunia islam sebagai Khalifah yang kedua setelah Abu Bakar As-Siddiq. Sedangkan tokoh-tokoh masyarakat muslim hari ini rata-rata hanya menjadi pelengkap penderita (maf’ulun bihi) dari sistem jahiliah moderen. Mereka diberi kebebasan palsu untuk berbicara tentang islam, tetapi tidak boleh keluar dari cengkraman musuh. Segala perkara penting yang akan dilakukan mesti meminta pembenaran dari pihak musuh. Beginikah sikap orang yang shalih? Saya yakin inilah sikap orang yang salah, walaupun ia tergolong pemimpin-pemimpin gerakan islam.
Potret KeshalihanPada zaman nabi Muhammad Saw. Dahulu, orang-orang shalih itu dapat di ketahui dengan pemberitahuan dan pengiktirafan dari Allah, baik secara langsung melalui turunnnya ayat Al-Qur’an maupun hadast Rosululloh Saw. Ada kalanya dengan perkataan Nabi, perbuatan, ataupun dengan tekrir (diam/persetujuan) beliau. Bahkan beberapa sahabat yang di jamin masuk syurga, atau yang mendapat rekomendasi, bahwa sepeninggal Rosululloh Saw. mereka pantas untuk di ikuti, seperti misalnya rekomendasi yang diberikan kepada dua orang sahabatnya, Abu Bakar dan Umar. Atau dengan cara lain yang mana Nabi mendengar bunyi trompah Bilal bin Rabbah di dalam syurga, atau ada orang yang ditunjuk langsung sebagai penghuni syurga, ada juga yang ditunjuk cirri-cirinya dan kemudian muncullah orangnya di hadapan mejelis Nabi yang di kelilingi oleh para sehabat. Sedemikian jelas orang-orang shalih itu boleh di temui dan di lihat seperti cendawan tumbuh, dan memang pada masa itu sedang suburnya situasi dan kondisi keshalihan, orang berlomba-lomba sekuat tenaga untuk mencapai derajat-derajat kashalihan.
Kemudian setelah orang yang paling shalih di dunia ini yakni Rosululloh Saw. wafat, dan orang-orang yang mendapat jaminan oleh beliau juga turut berpulang kerahmatullah, habislah orang-orang yang secara langsung boleh dipastikan sebagai orang yang shalih. Lantas apa yang masih tertinggal? Bagaimana mengetahui siapakah yang shalih atau sebaliknya? Sedangkan tempat bertanya untuk merujukan perkara itu secara pasti sudah menetap di perut bumi.
Pelbagai pendapat dan pandangan mengenai orang-orang yang shalih yang sudah tentu penilaian itu tidak terlepas dari kepentingan manusia yang memberikan penilaian. Lihatlah bagaimana penilaian para ulama hadist tentang perawi-perawi hadist yang pada masa pengumpulan hadist berlaku, tentu terjadi perbedaan pendapat mengenai derajat keshalihan dan kaidah suatu hadist. Meskipun di peroleh pendapat terbanyak sebagai sesuatu yang boleh di pegang, tetapi ia bukanlah merupakan sesuatu kepastian. Semuanya adalah pendapat manusia yang tidak ada jaminan langsung dari Allah dan Rosul-Nya. Maka tepat sekali kesimpulan para ulama hadist yang meletakan ukuran utama tentang shahih dan tidaknya suatu hadist berdasarkan matan (isi) hadist yang tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadist yang secara pasti diyakini keshahihannya. Sedangkan ukuran para perawi yang terdiri dari manusia biasa adalah ukuran selanjutnya untuk membantu meneliti kebenaran suatu hadist. Apa yang penting di sini, ialah ukuran kebenaran utama tentang keshalihan seseorang adalah berdasarkan rumus-rumus wahyu yang ada di dalam Al-Qur’an, dan rumus-rumus yang ada didalam hadist-hadist Nabi Saw., sama sekali bukan disandarkan kepada pendapat manusia, yang mungkin benar dan mungkin salah.
Apa yang dapat dipandang sebagai sesuat yang istimewa dalam perkara ini adalah “Rumus-rumus Al-Qur’an dan Hadist” yang merupakan sumber pokok sebagai kebenaran mutlak dan system yang syumul (menyeluruh). Dia tidak mudah untuk di palsukan orang dan ia sesuai dengan fitroh manusia dan fitroh alam semesta. Bila kita ingin mengetahui bagaimana orang yang shalih , maka tidak lain adalah manusia yang boleh mengamalkan Al-Qur’an maupun As-Sunnah secara menyeluruh. Karena wahyu itu sendiri tidak memiliki kecacatan, baik itu Al-Qur’an maupun Al-Hadist, meskipun Al-Hadist masih di pertikaikan orang atau setidak-tidaknya terdapat perselisihan pendapat mengenai sanadnya, hingga kadang-kadang ada pihak yang menshahihkan suatu hadist, dan ada pula yang mendhaifkan, atau terdapat perbedaan keshahihan dan tingkatan kedhaifan serta terjadinya perbedaan pandangan mengenai beramal dengan hadist dhaif. Namun perkara ini menjadi selesai, apabila kita mengambil pertimbangan kedua dari sisi matan yang bertentangan dengan matan (isi) wahyu Allah.
Kesimpulan wahyu ilahy yang sesuai fitrah manusia tadi telah terhidang di hadapan kita tanpa cacat cela sedikitpun, lengkap dengan teori-teori penerapan. Inilah dia petunjuk yang lengkap yang besesuaian dengan fitrah manusia, yang diperintahkan Allah untuk mengamalkan teori tersebut dengan penuh istiqomah. Tidak ada jalan untuk menyimpang sedikitpun, dan ketiadaan kemungkinan ini telah ditegaskan oleh Rosululloh Saw. :
“Aku tinggalkan kamu dalam keadaan terang benderang dimana malamnya seperti siangnya, tidak akan tergelincir daripada sesudahku kecuali orang-orang yang CELAKA.” (HR. Hakim, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ahmad)Hanya orang-orang yang celaka saja yang tergelincir daripada islam yang agung ini, dan diulang-ulang perkataan CELAKA agar tidak termasuk dalam golongan si celaka itu.
Islam yang agung dan sesuai dengan fitrah merupakan dasar pijak yang kokoh, bahwasanya orang yang shaleh adalah orang yang dapat beramal menerusi keagungan dan kecermelangan islam dan berdiri pada fitrahnya sendiri. Manusia yang seperti ini adalah manusia yang tidak memiliki cacat cela, kalau terjadi kecacatan karema kelalaian, bukan karena adanya kesengajaan untuk kecacatan, maka dengan dzikir dan istigfar kecacata segera di hapuskan oleh Allah. Dia berdzikir dan beristigfar terus menerus, sehingga ia boleh berada dalam kecemerlangan sampai datangnya maut. Berbeda halnya dengan orang yang telah membuang kecacatannya dengan cata taubatan nasuha, yaitu meninggalkan dosa-dosa atau maksiat tanpa berkeinginan untuk mengulanginya lagi.
Adapun cara taubat irang-orang yang mengolok-olok islam, bukanlah pekerjaan orang yang shalih. Biasnya cara ini diamalkan oleh orang yang suka meringan-ringankan amal islam. Yaitu, mereka yang terbiasa mengamalkan dosa-dosa kecil, yang lama-kelamaan menjadi besar, baik dikalangan orang-orang biasa maupun dikalangan pimpinan.
Oleh karena itu, tidak ada keraguan sedikitpun bahwa baik tidaknya seorang muslim atau shalih tidaknya seorang muslim adalah baik keseluruhannya, bukan baik sebahagiaannya saja; baik dari ujung rambut sampai keujung kaki, tidak mempunyai unsure-unsur kedosaan, selalu bersiap siaga, berjaga-jaga terhadap serangan-serangan iblis dan bala tentaranya, barulah akan terjadi iblis takut mendekati orang tersebut, ia akan menghindar sebagaimana yang pernah terjadi terhadap Umar bin Khattab, Abu Bakar As-sidiq, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan masih banyak lagi yang mana semuanya mereka itu bukanlah orang-orang yang maksum seperti Rosululloh Saw.
Mat MUN_DPenutupCinta pada dasarnya merupakan kecenderungan terhadap lawan jenis. Orang yang memiliki cinta adalah orang-orang yang normal karena cinta merupakan fitroh manusia. Mereka yang mempunyai kecenderungan terhadap lawan jenis, harus mampu mengambil keputusan yang tepat. Harus mampu mengontrol emosional dari keinginan hawa nafsu dengan batasan-batasan yang telah digariskan terhadap mereka. Terserah mau pilih yang mana? Antara keinginan yang menyesetkan ataukah yang akan menyelamatkan mereka yang keduanya pasti mengandung konsekuensi.
Karakteristik orang yang sedang mengalami jatuh cinta dapat dilihat dari sifat dirinya. Perubahan penampilan salah satu tanda yang mencolok dalam menilai orang yang sedang mengalami jatuh cinta. Dalam diri remaja yang sedang mengalami masa fubertas , untuk mandorong semangat dan kemampuan mengendalikan cinta dalam diri mereka. Oleh karena itu, buku ini dapat dijadikan salah satu petunjuk untuk membentuk watak atau karakteristik diri sesuai syari’at islam.
Buku “cinta = pacaran, benarkah?” ini disusun dengan standar realita kehidupan masa remaja sekarang, sekaligus dalam memenuhi standar yang sudah di tentukan oleh Allah SWT.
Keunggulan lain dalam buku ini adalah sebagai berikut:
- Materi buku ini disesuaikan dengan kebutuhan remaja pada saat ini.
- Menggunakan gaya penulisan yang komunikatif dengan kata-kata yang apa adanya. Sehingga memudahkan pembaca untuk lebih memahami materi dan kebenaran islam yang sejati.
- Setiap pembahasan di berikan bahan-bahan referensi tersendiri yang sesuai dengan pokok materi.
- Kata-kata dengan gaya bahasa seorang yang baru belajar menulis, sehingga memberikan motivasi kepada pembaca untuk dapat mengikuti langkah penulis (dalam menulis).
Bagi kamu yang hobinya menulis buku Sok atuh kita tukar pendapat ajach…….???